A. Definisi
Batuan sedimen adalah batuan yang
terjadi karena pengendapan material hasil erupsi. Jadi, asalnya dari batuan
yang telah ada, baik batuan beku, metamorf atau pun batuan sedimen lain yang
mengalami pelapukan dan erosi.
·
Litifikasi
Adalah
proses dimana sedimen baru yang terurai perlahan-lahan berubah menjadi batuan
sedimen. Selama litifikasi terjadi perubahan-perubahan. Keseluruhan perubahan,
secara kimia, fisika dan biologi yang memengaruhi sedimen sejak di endapkan,
selama dan setelah litifikasi disebut diagenesa. Perubahan diagenesa yang utama
dan sederhana adalah kompaksi dan sementasi.
·
Kompaksi
Adalah
beban akumulasi sedimen atau material lain yang
menyebabkan hubungan antar butir menjadi lebih lekat dan air yang
terkandung dalam ruang pori-pori antar butir terdesak keluar. Dengan demikian
volume batuan sedimen yang terbentuk menjadi lebih kecil, namun sangat kompak.
·
Sementasi
Dengan
keluarnya air dari ruang pori-pori, material yang terlarut didalamnya mengendap
dan merekat butiran-butiran sedimen. Material semennya dapat merupakan karbonat
(CaCO3), silica (SiO2). Proses-proses ini mengakibatkan porositas sedimen
menjadi lebih kecil dari material semula.
·
Rekristalisasi
Saat
sedimen terakumulasi, mineral-mineral yang kurang stabil mengkristal kembali
atau terjadi rekristalisasi, menjadi yang lebih stabil. Proses ini umumnya
terjadi pada batu gamping terumbu yang porous. Mineral aragonik (bahan struktur
kerangka koral hidup) lama kelamaan berkristalisasi menjadi bentuk polimorfnya,
kalsit.
C. Tekstur
batuan sedimen
Ialah segala kenampakan yang
menyangkut butir sedimen, seperti bentuk butir dan ukuran butir.
1) Batuan
Sedimen Klastik
Adalah
batuan sedimen yang terbentuk akibat adanya proses pengerjaan kembali terhadap
batuan yang sudah ada.
I.
Besar Butir (Grain Size)
Adalah
ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang dipakai adalah “skala
wentworth”.
Ukuran butir (mm)
|
Nama Butiran
|
Nama batuan
|
Æ > 256
|
Boulder
/ block (bongkah)
|
Breksi
|
64 – 256
|
Cobble
(kerakal)
|
(bentuk
/ kebundaran butiran meruncing)
|
4 – 64
|
Pebble
|
Konglomerat
|
2 – 4
|
Granule
(kerikil)
|
(bentuk
/ kebundaran butiran membulat)
|
1/16 – 2
|
Sandstone
(pasir)
|
Batupasir
|
1/16 – 1/256
|
Silt
(lanau)
|
Batulanau
|
Æ < 1/256
|
Clay
(lempung)
|
Batulempung
|
II.
Pemilahan / Sortasi
Adalah
tingkat keseragaman besar butir.
III.
Kebundaran / Roundness
Adalah
seberapa bundar butir-butir batuan. Contohnya adalah konglomerat yang butirnya
bundar dengan breksi yang butirnya tajam-tajam.
IV.
Kemas / Fabrik
Kemas
pada batuan sedimen antara lain: kontak antar butir, orientasi butir dan
packing.
2) Batuan
Sedimen Non Klastik
Adalah
tekstur yang terbentuk oleh hasil reaksi kimia, baik anorganik maupun biologik.
Pada umumnya batuan sedimen non klastik terdiri atas satu jenis mineral atau
monomineralik. Pembagian jenis – jenis tekstur pada batuan sedimen non klastik
biasanya dengan memperhatikan kenampakan kristal penyusunnya.
D.
Struktur
Batuan Sedimen
I.
Laminasi
Suatu
perlapisan yang sangat tipis dari beberapa mili sampai 1 cm. Ini biasa
terbentuk karena adanya suplai sedimen yang sangat sedikit, contohnya endapan
silica didasar laut.
Laminasi
II.
Convolute
Lamination
Convolute
lamination adalah laminasi yang tampak terlipat. Struktur ini muncul bukan
karena perlipatan akibat gaya endogen, melainkan akibat adanya arus yang
mengalir disekitarnya atau akibat proses dewatering / liquefaksi (sedimen
kehilangan kandungan air secara tiba – tiba akibat gangguan). Kehilangan air
yang tiba – tiba ini membuat sedimen kehilangan kekuatannya. Gangguan tadi
berupa stress (tekanan) yang disebabkan oleh berbagai macam hal, salah satunya
yang sering terjadi adalah gempa bumi.
Convolute Lamination
III.
Silang
Siur / Croos Bedding
Struktur
ini terbentuk jika agen transportasi sedimen berupa arus / current (bias arus
sungai, arus laut, angin dll.). Struktur ini sangat disukai oleh para ahli
geologi karena berguna untuk menentukan paleocurrent atau arus purba.
IV.
Mud
Cracks
Permukaan
lumpur yang mongering sampai retak – retak karena disinari matahari. Jika tidak
terjadi pembalikan lapisan, biasanya tampak samping mud cracks berbentuk
trapezium dengansisi atas lebih pendek dari sisi bawahnya. Karena itu lapisan
bawah dan atasnya dapat diketahui.
Mud Cracks
V.
Ripple
Marks
Ripple
marks ini sama dengan croos bedding, disebabkan oleh arus. Bedanya, ripple
marks hanya bentukan yang ada di permukaan lapisan sedimen. Struktur ini juga
menandakan arus purba.
Ripple Marks
VI.
Channel
Struktur
yang terbentuk sepanjang jalur transportasi sedimen dan air yang mengalir dalam
waktu yang lama, dengan kata lain channel ini adalah sungai purba. Struktur ini
berskala meter sampai kilometer dan dapat menunjukkan bagian atas dan bawah,
karena bagian dasar sungai mempunyai bentuk yang khas.
Channel
VII.
Flute
Cast
Struktur
sedimen yang terjadi akibat material – material yang dibawa arus menggerus
bagian dasar sungai. Arus sungai mempunyai arah menuju ke bagian yang
memanjang. Dengan kata lain, struktur ini juga penentu paleocurrent. Karena
struktur ini hanya ada dibagian dasar suatu tubuh arus dan bagian yang
menggembung selalu dibawah, maka flute cast mampu dalamenentukan bagian atas
dan bawah perlapisan sedimen.
Flute Cast
VIII.
Flame
Structure / Check
Struktur
ini dinamai flame strcture karena kenampakannya menyerupai lidah api yang
menjilat – jilat keatas. Flame structure terbentuk saat suatu lapisan mudstone
berada dibawah lapisan batupasir. Batupasir ini membebani mudstone yang lemah,
sehingga sedikit massa mudstone dibawah “muncrat” ke atas dan membentuk
“lidah”.
Flame Structure
IX.
Gradasi
Struktur
ini dicirikan oleh perubahan tekstur batuan secara perlahan – lahan dari atas
kebawah. Gradasi normal mempunyai kenampakan makin ke bawah ukuran butir makin
besar. Biasanya, proses sedimentasi normal akan menempatkan butir -
butir paling kasar di bagian terbawah lapisan yang kemudian lapisan halus ke
atas. Atas dasar inilah gradasi dapat digunakan sebagai penciri top and
bottom lapisan batuan. Tetapi, pada beberapa kasus tertentu
bisa juga terbentuk Gradasi Terbalik atau Reverse Grading, karena itu
perlu berhati-hati jika memakai dasar gradasi sebagai acuan top bottom.
Gradasi
X.
Lenticular
Bedding
Struktur
yang perlapisanya berbentuk “melensa” yaitu semakin ke tepian, lapisan semakin
tipis. Lenticular bedding menandakan lingkungan yang didominasi gelombang
pasang surut (tidal).
Lenticular Bedding
XI.
Ball
and Pillow Structure
Struktur
ini biasanya terjadi jika ada selapis sedimen pasir berada diantara sedimen
lumpur. Sedimen – sedimen pasir tampak terpecah – pecah sehingga menyerupai
bantal. Diperkirakan penyebabnya akibat peristiwa gempa atau tingginya tingkat
sedimentasi sehingga mengganggu stabilitas perlapisan.
Ball and Pillow Structure
terima kasih, semoga bermanfaat dan lebih semangaaaaat ya belajarnya :)
Joss
ReplyDelete