HTML/Javascript

Wednesday 11 December 2013

Batuan Sedimen



A.    Definisi
Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi karena pengendapan material hasil erupsi. Jadi, asalnya dari batuan yang telah ada, baik batuan beku, metamorf atau pun batuan sedimen lain yang mengalami pelapukan dan erosi.
B.     Proses terbentuknya batuan sedimen
·         Litifikasi
Adalah proses dimana sedimen baru yang terurai perlahan-lahan berubah menjadi batuan sedimen. Selama litifikasi terjadi perubahan-perubahan. Keseluruhan perubahan, secara kimia, fisika dan biologi yang memengaruhi sedimen sejak di endapkan, selama dan setelah litifikasi disebut diagenesa. Perubahan diagenesa yang utama dan sederhana adalah kompaksi dan sementasi.
·         Kompaksi
Adalah beban akumulasi sedimen atau material lain yang  menyebabkan hubungan antar butir menjadi lebih lekat dan air yang terkandung dalam ruang pori-pori antar butir terdesak keluar. Dengan demikian volume batuan sedimen yang terbentuk menjadi lebih kecil, namun sangat kompak.
·         Sementasi
Dengan keluarnya air dari ruang pori-pori, material yang terlarut didalamnya mengendap dan merekat butiran-butiran sedimen. Material semennya dapat merupakan karbonat (CaCO3), silica (SiO2). Proses-proses ini mengakibatkan porositas sedimen menjadi lebih kecil dari material semula.
·         Rekristalisasi
Saat sedimen terakumulasi, mineral-mineral yang kurang stabil mengkristal kembali atau terjadi rekristalisasi, menjadi yang lebih stabil. Proses ini umumnya terjadi pada batu gamping terumbu yang porous. Mineral aragonik (bahan struktur kerangka koral hidup) lama kelamaan berkristalisasi menjadi bentuk polimorfnya, kalsit.
C.     Tekstur batuan sedimen
Ialah segala kenampakan yang menyangkut butir sedimen, seperti bentuk butir dan ukuran butir.
1)      Batuan Sedimen Klastik
Adalah batuan sedimen yang terbentuk akibat adanya proses pengerjaan kembali terhadap batuan yang sudah ada.
                               I.            Besar Butir (Grain Size)
Adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang dipakai adalah “skala wentworth”.
Ukuran butir (mm)
Nama Butiran
Nama batuan
Æ > 256
Boulder / block (bongkah)
Breksi
64 – 256
Cobble (kerakal)
(bentuk / kebundaran butiran meruncing)
4 – 64
Pebble
Konglomerat
2 – 4
Granule (kerikil)
(bentuk / kebundaran butiran membulat)
1/16 – 2
Sandstone (pasir)
Batupasir
1/16 – 1/256
Silt (lanau)
Batulanau
Æ < 1/256
Clay (lempung)
Batulempung

                            II.            Pemilahan / Sortasi
Adalah tingkat keseragaman besar butir.

                         III.            Kebundaran / Roundness
Adalah seberapa bundar butir-butir batuan. Contohnya adalah konglomerat yang butirnya bundar dengan breksi yang butirnya tajam-tajam.


                         IV.            Kemas / Fabrik
Kemas pada batuan sedimen antara lain: kontak antar butir, orientasi butir dan packing.


2)      Batuan Sedimen Non Klastik
Adalah tekstur yang terbentuk oleh hasil reaksi kimia, baik anorganik maupun biologik. Pada umumnya batuan sedimen non klastik terdiri atas satu jenis mineral atau monomineralik. Pembagian jenis – jenis tekstur pada batuan sedimen non klastik biasanya dengan memperhatikan kenampakan kristal penyusunnya.

D.    Struktur Batuan Sedimen
                               I.            Laminasi
Suatu perlapisan yang sangat tipis dari beberapa mili sampai 1 cm. Ini biasa terbentuk karena adanya suplai sedimen yang sangat sedikit, contohnya endapan silica didasar laut.
Laminasi
                            II.            Convolute Lamination
Convolute lamination adalah laminasi yang tampak terlipat. Struktur ini muncul bukan karena perlipatan akibat gaya endogen, melainkan akibat adanya arus yang mengalir disekitarnya atau akibat proses dewatering / liquefaksi (sedimen kehilangan kandungan air secara tiba – tiba akibat gangguan). Kehilangan air yang tiba – tiba ini membuat sedimen kehilangan kekuatannya. Gangguan tadi berupa stress (tekanan) yang disebabkan oleh berbagai macam hal, salah satunya yang sering terjadi adalah gempa bumi.
Convolute Lamination
                         III.            Silang Siur / Croos Bedding
Struktur ini terbentuk jika agen transportasi sedimen berupa arus / current (bias arus sungai, arus laut, angin dll.). Struktur ini sangat disukai oleh para ahli geologi karena berguna untuk menentukan paleocurrent atau arus purba.

Silang Siur / Cross Bedding
                         IV.            Mud Cracks
Permukaan lumpur yang mongering sampai retak – retak karena disinari matahari. Jika tidak terjadi pembalikan lapisan, biasanya tampak samping mud cracks berbentuk trapezium dengansisi atas lebih pendek dari sisi bawahnya. Karena itu lapisan bawah dan atasnya dapat diketahui.
Mud Cracks
                            V.            Ripple Marks
Ripple marks ini sama dengan croos bedding, disebabkan oleh arus. Bedanya, ripple marks hanya bentukan yang ada di permukaan lapisan sedimen. Struktur ini juga menandakan arus purba.
Ripple Marks
                         VI.            Channel
Struktur yang terbentuk sepanjang jalur transportasi sedimen dan air yang mengalir dalam waktu yang lama, dengan kata lain channel ini adalah sungai purba. Struktur ini berskala meter sampai kilometer dan dapat menunjukkan bagian atas dan bawah, karena bagian dasar sungai mempunyai bentuk yang khas.

Channel
                      VII.            Flute Cast
Struktur sedimen yang terjadi akibat material – material yang dibawa arus menggerus bagian dasar sungai. Arus sungai mempunyai arah menuju ke bagian yang memanjang. Dengan kata lain, struktur ini juga penentu paleocurrent. Karena struktur ini hanya ada dibagian dasar suatu tubuh arus dan bagian yang menggembung selalu dibawah, maka flute cast mampu dalamenentukan bagian atas dan bawah perlapisan sedimen.

Flute Cast
                   VIII.            Flame Structure / Check
Struktur ini dinamai flame strcture karena kenampakannya menyerupai lidah api yang menjilat – jilat keatas. Flame structure terbentuk saat suatu lapisan mudstone berada dibawah lapisan batupasir. Batupasir ini membebani mudstone yang lemah, sehingga sedikit massa mudstone dibawah “muncrat” ke atas dan membentuk “lidah”.
Flame Structure
                         IX.            Gradasi
Struktur ini dicirikan oleh perubahan tekstur batuan secara perlahan – lahan dari atas kebawah. Gradasi normal mempunyai kenampakan makin ke bawah ukuran butir makin besar. Biasanya, proses sedimentasi normal akan menempatkan butir - butir paling kasar di bagian terbawah lapisan yang kemudian lapisan halus ke atas. Atas dasar inilah gradasi dapat digunakan sebagai penciri top and bottom lapisan batuan.  Tetapi, pada beberapa kasus tertentu bisa juga terbentuk Gradasi Terbalik atau Reverse Grading, karena itu perlu berhati-hati jika memakai dasar gradasi sebagai acuan top bottom.

Gradasi
                            X.            Lenticular Bedding
Struktur yang perlapisanya berbentuk “melensa” yaitu semakin ke tepian, lapisan semakin tipis. Lenticular bedding menandakan lingkungan yang didominasi gelombang pasang surut (tidal).

Lenticular Bedding
                         XI.            Ball and Pillow Structure
Struktur ini biasanya terjadi jika ada selapis sedimen pasir berada diantara sedimen lumpur. Sedimen – sedimen pasir tampak terpecah – pecah sehingga menyerupai bantal. Diperkirakan penyebabnya akibat peristiwa gempa atau tingginya tingkat sedimentasi sehingga mengganggu stabilitas perlapisan.

Ball and Pillow Structure


terima kasih, semoga bermanfaat dan lebih semangaaaaat ya belajarnya :)

1 comment: