HTML/Javascript

Sunday, 6 December 2015

Metode Geolistrik Untuk Keperluan Eksplorasi Geofisika

Geofisika adalah bagian dari ilmu kebumian yang mempelajari bumi menggunakan kaidah atau prinsip-prinsip fisika untuk mengetahui kondisi dibawah permukaan bumi dari parameter-parameter fisika yang dimiliki oleh batuan didalam bumi.

Geofisika Eksplorasi adalah kegiatan pemetaan dibawah permukaan tanah baik untuk keperluan pencarian sumberdaya mineral ataupun struktur geologi untuk keperluan geoteknik, pertambangan ataupun perminyakan.

Dalam pengaplikasian eksplorasi geofisika terdapat banyak metode yang bisa dipergunakan, namun yang akan dibahas kali ini adalah metode geolistrik. 

Metode Geolistik


Metoda ini menggunakan data medan potensial listrik dibawah permukaan sebagai objek pengamatan utamanya. Kontras resistivitas batuannya akan mengubah potensial listrik bawah permukaan tersebut sehingga bisa diperoleh suatu bentuk anomali dari daerah yang diamati.
Pada metode geolistrik ada 3 jenis sub metode yang bisa dipilih :
     a. Resistivity
         Parameter yang diukur yaitu resistansi batuan.
     b. Self Potential
         Parameter yang diukur yaitu potensial listrik.
     c. Induced Polarized (IP)
         Parameter yang diukur yaitu tegangan polarisasi.

Dalam penggunaakn metode geofisika eksplorasi khususnya geolistrik ada 3 konfigurasi yang sering dipakai, yaitu konfigurasi wenner, schlumberger dan dipole-pole.

     a. Konfigurasi Wenner

         Konfirgurasi ini berkembang di Amerika, dimana prinsip dasarnya adalah jarak MN selalu 1/3 dari AB. Sehingga jika jarak AB diubah/diperlebar maka jarak MN mesti diubah/diperlebar.
         Adapun Kelebihan dan kekurangannya yaitu : 
         1. Mampu mendeteksi adanya non homogenitas lapisan batuan pada permukaan. 
         2. Pembacaan tegangan pada elektroda MN, lebih kecil, terutama ketika jarak AB jauh.

     b. Konfigurasi Schlumberger


         Konfirgurasi ini merupakan kombinasi antara konfigurasi wenner dan schlumberger. Pada konfigurasi schlumberger tidak ada patokan jarak yang matematis namun prinsip utamanya adalah jarak MN harus lebih besar dari AB.  
         Adapun Kelebihan dan kekurangannya yaitu :
         1.             Mampu mendeteksi adanya non homogenitas lapisan batuan pada permukaan. 
         2.             Pembacaan tegangan pada elektroda MN, lebih kecil, terutama ketika jarak AB jauh.

     c. Konfigurasi Dipole-pole


         Konfigurasi ini merupakan konfigurasi yang sangat jarang dipakai karena metodenya yang sedikit lebih berbeda dan rumit.
         Adapun Kelebihan dan kekurangannya yaitu :
         1. Kemampuan penetrasi yang lebih dalam sehingga mampu medeteksi batuan lebih dalam.         
         2. Tidak praktis dibandingkan konfigurasi Wenner atau Schlumberger.

Setelah melakukan pemetaan menggunakan geolistrik maka anda perlu tahu angka resistivitas batuan yang ditunjukkan oleh alat geolistrik tersebut. Berikut selengkapnya :
Alluvial / Tanah          0-5 ohm-meter
Lempung                    6-10 ohm-meter
Pasir Lempungan       10-15 ohm-meter
Pasir Kasar                 15-20 ohm-meter
Pasir Sedang               20-25 ohm-meter
Pasir Halus                 25-35 ohm-meter
Pasir Halus Kompak  35-45 ohm-meter
Breksi                         45-60 ohm-meter
Konglomerat              60-80 ohm meter
Batuan Beku              >> 80 ohm-meter

Thursday, 8 January 2015

Tekstur Sedimen

Tekstur sedimen adalah fundamental untuk menginterpretasi lingkungan pengendapan dan transport sedimen pada masa lampau. Tekstur sedimen ini terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :

A. Grain Size
Grain Size adalah dasar untuk mendeskripsikan batuan sedimen silisiklastik atau sedimen klastik. Grain Size terutama pada endapannya dapat mencerminkan proses pelapukan dan erosi yang berlangsung. Dalam mendeskripsikan grain size dapat menggunakan tabel skala wentworth.



B. Particle Shape
Particle Shape terbagi menjadi 3 sub bagian, yakni :
1. Particle Form (Sphericity)
Sphericity adalah pengukuran tentang kebulatan sebuah objek. Jika objek tersebut memiliki ukuran yang sama pada butirnya maka bisa dikategorikan sebagai high sphericity. Dan sebaliknya jika ukurannya tidak sama bisa dikategorikan sebagai low sphericity.


2. Particle Roundness
Roundness adalah pengukuran ketajaman pada ujung atau tepi butir. Roundness menceritakan sebuah proses transportasi dan letak partikel sedimen dari sumbernya. Dengan roundness yang angular maka bisa mengungkapkan bahwa partikel sedimen tersebut proses transportasinya dalam arus yang tenang dan letaknya tidak jauh dari sumbernya atau dekat dengan sumber. Sedangkan roundness yang rounded maka bisa mengungkapkan bahwa partikel sedimen tersebut proses transportasinya lama dan dalam arus yang cenderung deras, selain itu letaknya jauh dari sumber.

3. Surface Texture
Surface texture ini untuk melihat keadaan dari permukaan butiran. Ada 2 pembagian yaitu pitted (berbintik/berlubang) dan smooth (mulus). Biasanya harus menggunakan mikroskop elektron untuk melihat dengan jelasnya.

Hubungan dari ketiga sub bagian diatas dapat dilihat pada tabel berikut :

C. Fabric
Fabric pada batuan sedimen adalah suatu kontrol terhadap porositas dan permeabilitas dari batuan sedimen yang kemudian kemampuannya untuk menahan dan menyalurkan fluida, seperti minyak dan air. Secara genetik ada dua tipe fabric yaitu primary (depositional) dan secondary (deformational). Fabric primer ini terbentuk ketika sedimen terakumulasi, sedangkan fabric sekunder ini terbentuk ketika sedimen telah terbentuk.

Hubungan porositas dan permeabilitas dapat terlihat pada gambar berikut :


Demikian, semoga bermanfaat
Semangat ya belajarnya!!!

Friday, 2 January 2015

Thursday, 1 January 2015

Paleosols

Pada tulisan kali ini akan membahas mengenai paleosols.
Mari kita bahas.

Secara harfiah paleosols ini terbagi menjadi

Perspektif Sequences Bouma by Shanmugam

Shanmugam adalah seorang sedimentologist yang berasal dari india. Beliau membuat